Saturday 5 July 2014

First Liebster Award!




            Ada yang pernah denger soal Liebster Award? Hampir dipastikan jawaban kita sama—belum. Tapi, itu kalo misalnya Abang Kolok nggak mencantumkan alamat blog gue di deretan blog-blog penerima penghargaan virtual ini. Doi dengan random-nya memilih gue yang bahkan belum dikenalnya.

            Penghargaan ini sendiri aslinya berasal dari Jerman. Namun, sekarang sudah hampir menyebar ke seluruh dunia. Kalo planet Namek punya jaringan internet mungkin di sana juga bakalan ada kali. Dalam bahasa Jerman, Liebster sendiri memiliki arti tersayang. Penghargaan ini kesannya lebih mirip pesan berantai, ato kalo zaman sekarang sih biasanya sering ada yang BBM “kalo nggak dilanjutin broadcast-nya bakalan sial tujuh turunan.” Padahal yang baca lagi naikin tangga. Bedanya, di penghargaan ini, Blogger terpilih harus mengikuti semacam aturan main. Nggak harus sih sebenernya, Cuma, kebanyakan blogger luar negeri sangat menghargai Liebster Award sampai-sampai yang nggak ngelanjutin suka dipandang berbeda sama yang lain. Dan karena nggak mau terkesan sombong, gue memutuskan untuk menjadi pemegang tongkat estafet berikutnya dari penghargaan ini. Now get seriously start for my first Liebster Award.

            Ada beberapa peraturan atau mungkin lebih tepatnya disebut cara main. Gue udah coba menimba ilmu kemana-mana buat cari tau gimana peraturan awal yang ditetapkan dalam Liebster Award dan kembali dengan tangan kosong. Karena penyebarannya yang sudah sangat luas, peraturannya pun sekarang menjadi sangat beragam dan berbeda-beda. Tapi secara mendasar ada beberapa poin penting yang bisa gue sebutin;

1.      Posting mengenai Liebster Award di blog kalian dan jangan lupa memberikan backlink serta ucapan terimakasih kepada blogger sebelumnya yang sudah memilih kalian untuk mendapatkan penghargaan ini.

2.      Penghargaan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar blogger satu sama lain. Dan karena ada pepatah yang bilang “tak kenal maka minta pin BBM tak sayang” jadi blogger terpilih harus menceritakan tentang pribadinya yang unik. Dengan jumlah yang sudah ditentukan pastinya, sebelas hal.


3.      Blogger yang memilih kalian telah mencantumkan pertanyaan pada postingan diblognya. Sebelas buah pertanyaan tersebut harus kalian jawab dengan baik dan apa adanya. Soalnya percuma ‘benar’ kalo nggak sesuai dengan kenyataan.

4.      Setelah menjawab, sekarang giliran kalian bertanya. Kalian bebas menanyakan—lagi-lagi sebelas—pertanyaan apapun. Pertanyaan untuk siapa? kepada blogger yang kalian pilih selanjutnya. Kalian bisa memilih blogger dengan jumlah nggak lebih dari sebelas orang untuk melanjutkan penghargaan berantai ini.



And let it begin!

Gue bakalan skip poin ke dua dari peraturan di atas. Kenapa? karena ngomongin diri sendiri itu enggak enak. Yah, paling nggak gue bisa cerita kalo gue sukanya baca yang bikin cepet ubanan kayak Sherlock Holmes sampe Detective Conan. Jatuh cinta sama hal-hal bersifat fiksi mungkin udah nggak usah diceritain mengingat isi blog gue ini sebagian besar bergenre fiksi. Mulai dari zombie sampe Kamen Rider, dari Gorillaz sampe Mongolian Chop Squad. Paling mentok juga ntar kalo bikin ‘sebelas hal tentang gue’ itu isinya kebanyakan bola, Chelsea, sama Inggris. Bagi mereka yang bukan fans Inggris di Piala Dunia pasti bingung kenapa masih ada juga yang mau jadi fans tim yang baru sekali menang Piala Dunia padahal katanya salah satu negara asal sepak bola. Man, this is about passion. Oh iya, satu lagi hal yang penting dari gue; pernah nyicip LDR. Rasanya pait, jangan pernah coba-coba. lah ini kok ujung-ujungnya cerita juga.

And then next! Ini beberapa pertanyaan yang dicantumin Abang Kolok di blognya. Salam kenal, Bang!

Q:        Sejak kapan punya blog?
A:        berdiri dapat diakses sejak Rabu, 24 Juli 2013. Waktu itu namanya ‘catatan si perfeksionis’ URL-nya juga masih tentang-senja.blogspot.com

Q:        Apa alasan kamu ngeblog?
A:        Di postingan blog ini gue pernah bilang alasan utama bikin blog ini sebenarnya apa. Tugas Biologi. Dan ketika sekarang sudah terbebas dari tugas-tugas, tau-tau menulis udah jadi bagian dari hidup gue.

Q:        Siapa yang menginspirasi kamu untuk ngeblog?
A:        Pertengahan tahun 2012 pernah nggak sengaja kenalan sama salah satu penulis asal Surabaya. Nama panggilan akrabnya Mas Kriwul. Beliau udah pernah nerbitin buku judulnya ‘Tentang Hujan’. Waktu pertama kenalan sama dia, gue masih cupu-cupu abis dan gak punya feel sedikit pun di bidang menulis. Sampe kemudian dia bilang bakal nerbitin buku Tentang Hujan tadi. Dan sampe sekarang gue belum pernah baca bukunya padahal waktu itu niat jadi first reader. Semenjak dikenalin soal dunia tulis-menulis sama Mas Kriwul, tangan gue jadi lebih sensitif soal diksi kata.

Q:        Pendapat kamu tentang blog saya? :p
A:        Hal pertama yang terlintas begitu lihat berandanya cuma satu; jamnya salah. Hahaha :))

Q:        Menurut kamu, penting nggak sih Liebster Award ini?
A:        Sebenernya Liebster Award ini pentingnya kebangetan. Terutama buat blogger-blogger rookie kayak gue. Dari penghargaan—yang kalo kita terusin—ini, kita bakal dapet backlink dari beberapa blog lain. Secara nggak langsung traffic blog jadi meningkat. Di Google sih banyak ngebahas soal manfaatnya. Selamat berselancar!

Q:        Apa keinginan terbesarmu?
A:        dijodohin sama Melody Punya pedang katana sendiri, tapi yang bisa keluar naga kaya punya Zoro. Impian gue tembok bener, ya. Sedih.

Q:        Apa sih maanfaat ngeblog buat kamu?
A:        Blogging itu semacam olahraga buat gue. Biar otak jadi lebih sehat.

Q:        Paling sering blogwalking ke blog siapa?
A:        Nggak punya kata paling sering. Biasanya buka blog judi bola yang ada di akun sharing postingan baru lewat twitter ato langsung surfing di Google.

Q:        Ada keinginan buat punya buku sendiri?
A:        Kalo ilmunya sudah cukup dan punya kesempatan, why not?

Q:        Paling sering ngeblog tentang apa?
A:        Analogi, Fiksi, Aksi, Komedi, Biologi.

Q:        Punya post favorit di blog kamu? Kalo punya sebutin.
A:        Kalo sebutin semua postingan di blog satu-satu?


Longest post I’ve ever write. But, here is the luckiest eleven!
1.      Anis Antika
2.      Mohammad Furqon
3.      Kadek Radhitya
4.      Octavia Riska Dayanti
5.      Iput Milishay
6.      Putu Cintia Windan Sari
7.      Febie Amika
8.      Handiko Rahman Pebrianto
9.      ...

10.  ....


11.  .....

And my genius question!
1.      Percaya nggak sama Teori Darwin?
2.      Selain untuk menyalurkan hobi, hal lain yang mendorong kalian buat blogging apa?
3.      Ada ritual yang dilakuin kalo lagi buntu mau bikin postingan apa di blog?
4.      Siapa yang menjadi inspirasi dari gaya sampe materi tulisan yang kalian pake?
5.      Penulis ideal itu harus yang kayak gimana?
6.      Milih beralih jadi penulis buku ato tetap konsisten blogging?
7.      Apa yang jadi penghambat terbesar dalam aktifitas blogging?
8.      Obsesi tertinggi yang nggak mungkin tercapai?
9.      Suasana paling kondusif untuk menulis ataupun blogging?
10.  Kalo diharuskan untuk membunuh, milih pake cara apa?
11.  Kenapa Nobita dari dulu kelas 5 terus?


That’s all! Mata rantai selanjutnya adalah pilihan kalian!





Thursday 3 July 2014

Hey, Jude


            "Yud? Yudha? halo? yah dimatiin." Ini sudah kelima kalinnya gue mencoba menghubungi Yudha. Biasanya dia nggak pernah pergi keluar kosan diem-diem, tapi akhir-akhir ini sikapnya agak aneh. Semenjak dia nonton film Across the Universe gue sering ngeliat dia ngelamun. Yudha yang biasanya bangun duluan terus bikin sarapan, sekarang mesti gue tumpahin air rebusan mie instan dulu baru bangun. Yudha yang biasa duduk manis main PES di rumah dan jarang keluar, sekarang suka keluyuran entah kemana. Yudha yang biasanya mudah banget minjemin duit, sekarang malah jadi sering ngutang sama gue.

            Sore ini gue mau coba ngobrol sama dia. Sebagai teman satu kosan yang baik, gue mesti cari tahu penyebab perubahan drastis Yudha. Sebenernya bukan karena perduli, tapi buat jaga-jaga kalo sewaktu-waktu dia pergi dari kosan dan gak balik-balik lagi. Kalo kayak gitu kan terpaksa gue nge-ikhlas-in semua hutang dia baru-baru ini. Dan gue tau siapa orang yang bisa ngebantu disaat kayak gini. Gue ngambil handphone yang tergeletak di atas bantal buat nge-sms Aryo.

            "Yo, ada kerjaan gak? bantuin gue, dong, bro." selanjutnya percakapan gue sama Aryo ngebahas soal sesajen yang harus gue siapkan untuk dia. Mulai dari kopi sachet dingin sampe jajanan tujuh rupa. Aryo memang orang yang tepat buat diajak mecahin masalah bareng. Tapi sebelum itu dompet gue udah pecah duluan.

            Malemnya, Yudha pulang dengan tampang lusuh. Persis kayak petinju abis kalah tanding sama godzilla. Gue dan Aryo yang sedari tadi udah nungguin sambil main PES membuka percakapan. Kita berdua sama-sama hampir lupa tujuan awal ngumpul di kosan gue apa.

            "baru pulang, Yud? dari mana?" Aryo memulai dengan kalimat introgatif sambil tetap fokus dengan pertadingan yang sudah berjalan setengah babak.

            "kalo lagi ada masalah cerita-cerita aja ke kita." gue berbalik badan sebentar untuk memastikan organ tubuh Yudha masih lengkap.

            Awalya dia ragu untuk bercerita. Tetapi setelah diyakinkan oleh Aryo, Yudha merubah posisi duduknya menjadi kuda-kuda mau curhat. Lutut ditekuk di depan dada sambil nyeruput-nyeruput soda kalengan.

            "kemaren pas lagi nonton pilem ekros de yunipres itu aku kayak ngedapetin pencerahan dari tuhan." logat jawanya yang masih tertinggal sedikit memang mejadi salah satu penyakit Yudha yang gak bisa ilang. "di salah satu adegan pilemnya itu ada bagian pas diputer lagu 'Hey Yud'. Nah, di situ aku ngerasa dapet jawaban dari Tuhan soal masalahku sama Rima." tambahnya dengan penuh semangat. Sementara gue dan Aryo mencoba mencerna kata-kata Yudha pada bagian 'Hey Yud'. Entah band mana yang mau memakai namanya untuk dijadikan judul lagu.

            "itu mah 'Hey Jude' bukan ‘Yud’! Elu sih kegeeran bener jadi orang serasa dipanggil-panggil namaya sama Paul McCartney!" Aryo terlihat berusaha untuk mengalihkan rasa kesalnya ke salah satu pemain gue dengan melakukan tackle berkali-kali. Kartu kuning buat Steven Gerrard.

            "iya tapi aku degernya ‘Yud’, Yo! Hati aku bergetar pas yang liriknya gini...."
           
            "nggak! Gak usah nyanyi. Susah degerinnya." Celetuk gue yang sibuk mengatur formasi baru.

            "terus aku kudu piye? Perasaan aku ke Rima sekarang udah makin mantep abis deger lagu itu. Aku harus gimana buat dapeti dia?"

            "ya elah, Elu jangan harap mau ngegolin deh kalo pemainnya jelek-jelek gitu." Aryo menanggapi subtitusi pemain yang gue lakuin. Padahal dalam sepak bola rotasi pemain itu penting.

            "tapi kan aku nggak jelek-jelek amat, Yo? Apa Rima yang kebagusan untuk aku? jadi aku nggak punya kesempatan, Yo?" Respon Yudha dengan wajah bingung dan kusutnya.

            "jangan salah! walaupun jelek-jelek tapi kalo bisa ngebaca situasi permainan sama manfaatin peluang bagus tetep bisa menang!" Gue mencoba memberikan pembelaan atas kometar Aryo.

            "nah! itu aku setuju, Dit! yang penting aku harus terus ada di deket dia biar tau kapan saat yang tepat kan?" Potong Yudha dengan penuh semangat namun sok tahu.

            sejurus kemudian Aryo membobol gawang Gue. Petr Cech nggak bergeming sama sekali untuk merespon segala macem tombol yang udah gue pencet. "nah! tuh liat kan kalo pemainnya jelek udah pasti susah buat gocek-gocek bolanya. Kalo mau ngegolin itu mesti pinter narik ulur serangan." Aryo melakukan gerakan ritual memanggil mantannya untuk berselebrasi sambil mengacung-acugkan stik ke muka Gue.

            "ohh iya bener, Yo! mesti tarik ulur gitu dulu pas PDKTnya. Nanti kalo dia udah dibikin penasaran baru ditembak kan?" Yudha sujud di hadapan Aryo yang masih joget-joget. Seolah-olah doanya untuk meminta jawaban selama ini barusaja terkabulkan.

            "iya kalo bisa narik ulur. Kalo direbut terus kena serangan balik?"
           
            Yudha terdiam. Beranjak dari sujudnya kemudian kembali ke posisi awal sambil menung-menung sendiri.

            Sisa malam itu dihabiskan dengan Gue yang terpaksa ngegendong Aryo sampe parkiran gara-gara kalah taruhan main PES, dan renungan-renungan Yudha di sudut tempat tidurnya sambil dengerin lagu Hey Yud Hey Jude.

            "Hey, Yud. Dont make it bad. Take a sad song and make it better. Remember to let her into your heart. Then you can start to make it better." senandung gue yang lagi mijit-mijitin punggung sendiri karena terlalu lama menahan beban tubuh Aryo yang bentuknya nggak proporsional. Yudha tersenyum kemudian melanjutkan.

            Remember to let her into your heart. Then you can start to make it better.” Mendadak penyakit logat jawanya berganti dengan kemampuan pronounciation sekelas narator Animalplanet. Gue merinding. Jangan-jangan dia kerasukan roh tentara Inggris yang ketinggalan di sini. Yudha memalingkan pandangan ke handphone di tangannya, menekan beberapa nomor dan menempelkannya di telinga.

            “halo, Rima? Ini aku, Yudha.” Malam itu, sepasang manusia lugu membuat komitmen untuk hubungan mereka yang baru. Keputusan untuk bersama dan berbagi bahagia.