Friday 24 January 2014

Reinkarnasi roti bakar keju coklat

Aku pernah sekali melihat matamu, teduh dan nyaman. Seperti tenda berlapis terpal biru yang sering kali dijadikan pemberhentian utama pengendara sepeda motor yang kehujanan.

Senyummu selalu lembut, bersambung dengan pipi yang terlihat empuk. Seperti roti tawar dengan kematangan sempurna yang sering kali disantap para budak metropolitan yang tak sempat lagi menyuap nasi.

Caramu tertawa selalu terdengar gurih. Seperti bagian-bagian hangus dari roti yang telat dibalik yang sering kali dimakan pertama karena lebih kompleks rasanya.

Air matamu menerjang ekspresi masam yang kemudian bercampur sunggingan manis. Seperti lelehan parutan keju mondseer  yang sering kali meluber kemana-mana ketika gigitan pertama letaknya tak sempurna.

Kamu punya gaya bicara yang menarik. Seperti sebatang coklat murni tanpa susu yang sering kali membuat produksi air liur anak-anak sekolah berlebihan.

Aku selalu menerka-nerka jika pelukmu hangat. Seperti setangkup roti bakar keju coklat yang baru saja diangkat Mang Ronal yang sering kali kuhabiskan sedirian di depan laptop.


Mungkin kamu adalah reinkarnasi dari salah satu roti bakar keju coklat yang pernah dihidangkan Mang Ronal. Jika pun iya, aku ingin di kehidupan berikutnya menjadi sekaleng susu kental manis yang menunggu di dalam laci gerobak berwarna merah ini. Menunggu untuk menyatu denganmu di dalam menu “Roti Bakar Keju Coklat Spesial.”

1 comment: