Saturday 6 August 2016

Prolog 3

Ada tiga hal yang baru saja kusadari lima menit sebelum aku memutusan untuk beranjak dari ranjang dan mulai mengetik. Pertama, aku lupa alamat blog-ku sendiri dan butuh setidaknya sepuluh menit plus belasan kali salah alamat untuk menemukannya. Kedua, selain penghitung jumlah pengunjung di pojok kanan yang bergerak lambat, tidak ada sedikitpun yang berubah dari beranda blog ini. Ketiga, satu tahun yang berjalan dengan berjingkat sudah terlewati lagi.

            Sekarang pukul dua lewat sepuluh dini hari dan bisikan Mephistopheles yang menjanjikan kebahagiaan lewat secangkir kopi sudah kuabaikan mentah-mentah sejak tadi. Kadang kafein yang ikut campur justru hanya memperkeruh pola pikirku yang belakangan sedikit kelelahan. Beberapa penyebab kelelahan ini—yang pada akhirnya bermuara di alasan-alasan untuk menahan membagikan beberapa cerita—terjadi seperti kembang api yang bersahutan tanpa henti. Ketika yang pertama meledak di angkasa, yang kedua sudah mengisyaratkan kedatangannya dengan bunyi mirip proyektil jarak jauh.

            Tahun lalu kuputuskan menahan sejenak untuk tidak terlalu memperdulikan isi kepala yang makin menumpuk setiap harinya. Fokus melampas pengetahuan mungkin memang alasan paling bahagia yang bisa kuberikan; dan mungkin masih akan berlaku untuk beberapa saat kedepan. Akan ada saatnya ketika isi beranda blog ini nantinya hanya berisi prolog-prolog yang dikirimkan pada tanggal yang sama dengan hari ini. Akan ada saatnya ketika kamu mengetikkan alamat blog ini lagi dan yang menyambut hanya judul yang sama setiap kalinya. Akan ada saatnya ketika alamat ini nantinya tidak akan dianggap lagi keberadaannya oleh si mesin pencari.

            Sampai saat-saat tersebut benar-benar terjadi, perkenankan aku untuk menyajikan apa yang ada di dapur saat ini satu tahun lagi.