Ada
tiga hal yang baru saja kusadari lima menit sebelum aku memutusan untuk
beranjak dari ranjang dan mulai mengetik. Pertama, aku lupa alamat blog-ku sendiri
dan butuh setidaknya sepuluh menit plus belasan kali salah alamat untuk
menemukannya. Kedua, selain penghitung jumlah pengunjung di pojok kanan yang
bergerak lambat, tidak ada sedikitpun yang berubah dari beranda blog ini. Ketiga,
satu tahun yang berjalan dengan berjingkat sudah terlewati lagi.
Sekarang pukul dua lewat sepuluh
dini hari dan bisikan Mephistopheles yang menjanjikan kebahagiaan lewat
secangkir kopi sudah kuabaikan mentah-mentah sejak tadi. Kadang kafein yang
ikut campur justru hanya memperkeruh pola pikirku yang belakangan sedikit
kelelahan. Beberapa penyebab kelelahan ini—yang pada akhirnya bermuara di
alasan-alasan untuk menahan membagikan beberapa cerita—terjadi seperti kembang
api yang bersahutan tanpa henti. Ketika yang pertama meledak di angkasa, yang
kedua sudah mengisyaratkan kedatangannya dengan bunyi mirip proyektil jarak
jauh.
Tahun lalu kuputuskan menahan
sejenak untuk tidak terlalu memperdulikan isi kepala yang makin menumpuk setiap
harinya. Fokus melampas pengetahuan mungkin memang alasan paling bahagia yang bisa kuberikan; dan mungkin masih akan berlaku untuk beberapa saat kedepan. Akan ada
saatnya ketika isi beranda blog ini nantinya hanya berisi prolog-prolog yang
dikirimkan pada tanggal yang sama dengan hari ini. Akan ada saatnya ketika kamu
mengetikkan alamat blog ini lagi dan yang menyambut hanya judul yang sama
setiap kalinya. Akan ada saatnya ketika alamat ini nantinya tidak akan dianggap lagi keberadaannya oleh si mesin pencari.
Sampai saat-saat tersebut benar-benar terjadi, perkenankan aku untuk menyajikan apa yang ada di
dapur saat ini satu tahun lagi.