Friday 26 July 2013

love is flawed: cinta itu buta




Gue selalu ngerasa dibodohi tiap ngebahas soal cinta. Gue dibuat polos sama persoalan hati yang satu ini. Emosi yang datang dengan seenaknya, mengacaukan pikiran setiap pecandu budaknya. Apalagi sekarang, sentuhan globalisasi bahkan udah bisa membuat anak TK yang belum sunat ngerasain yang namanya jatuh cinta. Katanya, cinta gak pandang usia.

“....anjrit! Cewek lo cakep banget! Pake dukun lo ye?”

Sebuah argumen memecah keheningann ditengah obrolan gue sama temen-temen yang lain. Mereka banyak berdebat soal fisik masing-masing pasangannya. Gue lebih memilih untuk diam. Nggak, gue diam bukan karena gue gak punya pasangan. Gue diam, karena perdebatan kayak gini gak bisa dimenangin pendapat manapun. Soal cinta, gak ada yang benar ataupun salah, gak ada atas ataupun bawah. Cinta itu relatif, semua menilai dengan matanya sendiri. Katanya, cinta gak pandang muka.

Di lain hari, gue sempat ngobrolin, ato lebih tepatnya dengerin masalah cinta ini dengan salah satu temen gue. Suasana mendung yang mendukung hari itu, membuat datangnya senja gak terlalu menarik perhatian. Langit masih terlihat sama dari jam ke jam. Dia masih tetep cerita soal masalah hubungannya, sambil sesekali menatap langit, berharap ia dapat ikut menangis dalam hujannya. Obrolan kita udah lumayan jauh waktu itu. Punggung gue udah pegel, menuntut sebuah tembok untuk sekedar senderan.

“kenapa ya dia bisa suka sama gue, padahal dia derajatnya jauh lebih tinggi dari gue? Kadang gue suka minder sendiri kalo lagi jalan sama dia.”

Sebuah jabatan, harta kekayaan, bisa jadi gak berarti lagi di hadapan ketulusan cinta.  pendapat ini yang gue lontarkan ke dia untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di pikirannya tiap subuh, pendapat yang sukses menarik bibir keringnya ke samping, mengisyaratkan seyuman tipis. Gue rasa ada benernya apa yang gue bilang tadi. Katanya, cinta gak pandang status.

Banyak yang berterimakasih kepada cinta atas dunia baru yang telah mereka kenalkan, lewat orang yang dia pilih sebagai pasangannya. Seorang pelajar bisa saja belajar banyak hal dari cintanya yang berprofesi sebagai supir. Atau sebaliknya, seorang anak buruh cuci yang cintanya adalah seorang pengusaha dapat mengenal sedikit banyak dunia luar karenanya. Seorang yang selalu direndahkan, dicaci, bisa saja menjadi terlindungi oleh cintanya yang memiliki pengaruh di lingkungannya.

Cinta gak pernah merugikan. Seberapa besar kekurangan pasangan kalian, tutupilah. Cinta yang mengharuskan kita menggandeng tangannya. Dan cinta pula yang mengharuskan kita untuk mengindahkan kehadirannya. Jangan pernah mengeluh untuk cinta yang mempertemukan mu dengan orang yang jauh berbeda dunianya.

Jangan salahkan cinta untuk orang yang kita pilih. Cinta tidak pernah menutup mata kita saat kita memilih pasangan kita. Karena sejak awal, cinta tidak dapat melihat. Cinta itu buta.

No comments:

Post a Comment