Gue selalu ngerasa dibodohi tiap
ngebahas soal cinta. Gue dibuat polos sama persoalan hati yang satu ini. Emosi
yang datang dengan seenaknya, mengacaukan pikiran setiap pecandu budaknya.
Apalagi sekarang, sentuhan globalisasi bahkan udah bisa membuat anak TK yang
belum sunat ngerasain yang namanya jatuh cinta. Katanya, cinta gak pandang
usia.
“....anjrit! Cewek lo cakep banget! Pake dukun lo ye?”
Sebuah argumen memecah
keheningann ditengah obrolan gue sama temen-temen yang lain. Mereka banyak
berdebat soal fisik masing-masing pasangannya. Gue lebih memilih untuk diam.
Nggak, gue diam bukan karena gue gak punya pasangan. Gue diam, karena
perdebatan kayak gini gak bisa dimenangin pendapat manapun. Soal cinta, gak ada
yang benar ataupun salah, gak ada atas ataupun bawah. Cinta itu relatif, semua
menilai dengan matanya sendiri. Katanya, cinta gak pandang muka.
Di lain hari, gue sempat
ngobrolin, ato lebih tepatnya dengerin masalah cinta ini dengan salah satu
temen gue. Suasana mendung yang mendukung hari itu, membuat datangnya senja gak
terlalu menarik perhatian. Langit masih terlihat sama dari jam ke jam. Dia
masih tetep cerita soal masalah hubungannya, sambil sesekali menatap langit,
berharap ia dapat ikut menangis dalam hujannya. Obrolan kita udah lumayan jauh
waktu itu. Punggung gue udah pegel, menuntut sebuah tembok untuk sekedar
senderan.
“kenapa ya dia bisa suka sama gue, padahal dia derajatnya jauh lebih
tinggi dari gue? Kadang gue suka minder sendiri kalo lagi jalan sama dia.”
Sebuah jabatan, harta kekayaan,
bisa jadi gak berarti lagi di hadapan ketulusan cinta. pendapat ini yang gue lontarkan ke dia untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di pikirannya tiap subuh, pendapat
yang sukses menarik bibir keringnya ke samping, mengisyaratkan seyuman tipis.
Gue rasa ada benernya apa yang gue bilang tadi. Katanya, cinta gak pandang
status.
Banyak yang berterimakasih kepada
cinta atas dunia baru yang telah mereka kenalkan, lewat orang yang dia pilih
sebagai pasangannya. Seorang pelajar bisa saja belajar banyak hal dari cintanya
yang berprofesi sebagai supir. Atau sebaliknya, seorang anak buruh cuci yang
cintanya adalah seorang pengusaha dapat mengenal sedikit banyak dunia luar
karenanya. Seorang yang selalu direndahkan, dicaci, bisa saja menjadi
terlindungi oleh cintanya yang memiliki pengaruh di lingkungannya.
Cinta gak pernah merugikan.
Seberapa besar kekurangan pasangan kalian, tutupilah. Cinta yang mengharuskan
kita menggandeng tangannya. Dan cinta pula yang mengharuskan kita untuk
mengindahkan kehadirannya. Jangan pernah mengeluh untuk cinta yang
mempertemukan mu dengan orang yang jauh berbeda dunianya.
Jangan salahkan cinta untuk orang
yang kita pilih. Cinta tidak pernah menutup mata kita saat kita memilih
pasangan kita. Karena sejak awal, cinta tidak dapat melihat. Cinta itu buta.
No comments:
Post a Comment